RSS
Facebook
Twitter

Sunday, 22 December 2013

Islam menghormati natal

Islam menghormati natal


Natal dan Maulid adalah satu nafas, tentu banyak membuat orang marah. Seolah-olah penulis menyamakan ketiga peristiwa itu, mari kita cermati bersama sama tentang kosa kata tersebut.

Kata Natal, yang menurut arti bahasanya adalah sama dengan kata harlah, hanya saja kata natal entah mengapa natal sangat identic dipakai untuk Nabi Isa al-Masih belaka. Jadi ia mempunyai arti khusus, lain dari yang digunakan secara umum -seperti dalam bidang kedokteran, seperti perawatan pre-natal yang berarti "perawatan sebelum kelahiran"-. Yang dimaksud dalam peristilahan ‘Natal' adalah saat Isa Al-Masih dilahirkan ke dunia oleh "perawan suci" Maryam. Karena itulah ia memiliki arti tersendiri, yaitu saat kelahiran anak manusia bernama Yesus Kristus .

Sedangkan Maulid adalah saat kelahiran Nabi Muhammad Saw. Pertama kali dirayakan kaum Muslimin atas perintah Sultan Shalahuddin al-Ayyubi dari Dinasti Mamalik yang berkebangsaan Kurdi itu. Dengan maksud untuk mengobarkan semangat kaum Muslimin, agar menang dalam perang Salib (crusade), maka ia memerintahkan membuat peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad tersebut, enam abad setelah Rasulullah wafat. Peristiwa Maulid itu hingga kini masih dirayakan dalam berbagai bentuk, walaupun Dinasti Sa'ud melarangnya di Saudi Arabia. Karya-karya tertulis berbahasa Arab banyak ditulis dalam  puisi dan prosa untuk "menyambut kelahiran" itu.

Karenanya dua kata (Natal dan Maulid) yang mempunyai makna khusus tersebut, tidak dapat dipersamakan satu sama lain, apapun juga alasannya. Karena arti yang terkandung dalam tiap istilah itu masing-masing berbeda dari yang lain, siapapun tidak dapat membantah hal ini. Sebagai perkembangan "sejarah ilmu", dalam bahasa teori Hukum Islam (fiqh) kedua kata Maulid dan Natal adalah "kata yang lebih sempit maksudnya, dari apa yang diucapkan" (yuqlaqu al'am wa yuradu bihi al-khash). Hal ini disebabkan oleh perbedaan asal-usul istilah tersebut dalam sejarah perkembangan manusia yang sangat beragam itu. Bahkan tidak dapat dipungkiri, bahwa kata yang satu hanya khusus dipakai untuk orang-orang Kristiani, sedangkan yang satu lagi dipakai untuk orang-orang Islam.

Menghormati bisa di artikan dengan menghargai, jika melihat tema yang ada brarrti islam menghargai adanya natal dalam arti islam tidak anti pada hari natal karena islam menghargai bentuk keyakinan seseorang, tidak memaksa seseorang untuk memeluk isalam.

Lantas bagaiamana jika penghormatan itu diwujudkan dengan memberi ucapan natal atau memakai baju natal bahkan mengikuti perayaan natal dengan dalih toleransi pada agama?

Dalam permasalahan ini ulama’ belum mencapai kata sepakat tantang bagaimana hukum menghormati natal yang di wujudkan dengan mengucapkan hari natal bahkan ikut serta merayakan natalan bersama orang Kristen.
Banyak pendapat tentang permasalahan mengucapkan hari natal antara lain;

1. Ibnu Taimiyah, Ibnul Qoyyim dan para pengikutnya seperti Syeikh Ibn Baaz, Syeikh Ibnu Utsaimin—semoga Allah merahmati mereka—serta yang lainnya seperti Syeikh Ibrahim bin Muhammad al Huqoil berpendapat bahwa mengucapkan selamat Hari Natal hukumnya adalah haram karena perayaan ini adalah bagian dari syiar-syiar agama mereka. Allah tidak meredhoi adanya kekufuran terhadap hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya didalam pengucapan selamat kepada mereka adalah tasyabbuh (menyerupai) dengan mereka dan ini diharamkan.
2.  Jumhur ulama kontemporer membolehkan mengucapkan selamat Hari Natal.

Di antaranya Syeikh Yusuf al Qaradhawi yang berpendapat bahwa perubahan kondisi global lah yang menjadikanku berbeda dengan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah didalam mengharamkan pengucapan selamat hari-hari Agama orang-orang Nasrani atau yang lainnya. Aku (Yusuf al Qaradhawi) membolehkan pengucapan itu apabila mereka (orang-orang Nasrani atau non muslim lainnya) adalah orang-orang yang cinta damai terhadap kaum muslimin, terlebih lagi apabila ada hubungan khsusus antara dirinya (non muslim) dengan seorang muslim, seperti : kerabat, tetangga rumah, teman kerja dan lainnya.

Terlepas dari pendapat di atas menurut pemikiran saya dalam permasalah ini sangat sederhana, sebenarnya kita gak usah membawa hokum islam ( bukan saya liberal,sekuler atau anti hokum islam )   dalam permasalahan ini.
Hemat kami, sebenarnya dalam hal ini permaslahan nya bermuara pada kata selamat, karena bagi kami ucpan selamat dalam konteks ini di blow upp sehingga seakan akan orang yang mengucapakn selamat natal sangat kental dengan kekristenan dan pada konsekuensinya terfonis hokum haram.

Selamat menikmati, selamat menempuh hidup baru, selamat sore selamat malam, dan masih banyak lagi kata selamat yang dinisbatkan pada suatu momen tertentu, kata selamat malam, pagi, sore,menempuh hidup baru mempunyai arti semoga anda di malam,pagi, sore nanti terhindar dari mala petaka, smoga anda menjalanakan hidup dengan pasangan anda dalam keadaan lancar lancar saja. Lantas bagaimana jika kata selamat di sandarakan apada kalimat natal ?
Banyak persepsi dalam kalimat ini, ada yang mengartikan selamat menikmati hari natal, smoga dalam menjalankan hari natal anda tidak apa apa, ada juga yang mengartikan selamat isa telah lahir sebagai anak tuhan, namun juga ada yang iseng iseng saja dalam arti saat mengucapkan tidak ada unsur apa apa cuman unsur tradisi saateseorang berada di wilayah yang mayoritas Kristen dll.

Berawal dari sinilah saya cenderung mengikuti pendapat yang kedua yaitu tidak apa apa saat seorang islam mengucapakan selamat natal, di karenakan jika kita melihat fakta yang ada ungkapan selamat natal yang sangat bermasyarakat di telinga kita hanya sebuah tradisi di mana saat seseorang mengatakan selamat natal tidak ada unsur memeberi selamat pada orang Kristen, di karenakan mendoakan keselamatan kepada orang non muslim di larang oleh nabi .

إِنَّ الْيَهُودَ إِذَا سَلَّمُوا عَلَيْكُمْ يَقُولُ أَحَدُهُمْ السَّامُ عَلَيْكُمْ

Jadi mengucapakn selamat natal tidak apa apamelihat fakata yang ada. Menurut saya lebih enaknya kita gak usah ikut ikutan mengucapakan natal, toh apa to manfaatnya jika mengucapakan kalimat itu?lebih baiak diem aja ae, hehehehhe.
Lantas bagaimana mengikuti perayaan Natal seperti mengnekan baju dan topi Sinterklas ?

Sebelum menjawab, kita bahas duduk permasalahananya.
Sebagai seorang muslim sudah seharusnya bangga terhadap agamanya yang diimplementasikan dengan berpenampilan yang mencirikan keislamannya. Allah swt telah menetapkan berbagai ciri khas seorang muslim yang membedakannya dari orang-orang non muslim.

Dari sisi bisnis dan muamalah, islam menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba yang merupakan warisan orang-orang jahiliyah. Dari sisi busana, islam memerintahkan umatnya untuk menggunakan busana yang menutup auratnya.

Islam melarang umatnya untuk meniru-niru berbagai prilaku yang menjadi bagian ritual keagamaan tertentu diluar islam atau mengenakan simbol-simbol yang menjadi ciri khas mereka seperti mengenakan salib atau pakaian khas mereka, dengan harapan ada titik perbedaan dalam agama islam dan non islam.

Terkadang seorang muslim juga mengenakan topi dan pakaian Sinterklas didalam suatu pesta perayaan Natal dengan teman-teman atau bossnya, untuk menyambut para tamu perusahaan yang datang atau yang lainnya.

Jadi menurut kami orang islam di larang mengikuti perayaan natal, di karenakan hal itu di kategirikan sebagai perbuatan sia sia :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ
[حديث حسن رواه الترمذي وغيره هكذا]

Artinya : Dari Abu Hurairah radhiallahunhu dia berkata : Rasulullah  bersabda : Merupakan tanda baiknya Islam seseorang, dia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya .

Akan tetapi jika memang seseorang muslim berada dalam kondisi terdesak dan berbagai upaya untuk menghindar darinya tidak berhasil maka ia diperbolehkan mengenakannya dikarenakan darurat atau terpaksa dengan hati yang tidak redho, beristighfar dan bertaubat kepada Allah swt, seperti : seorang karyawan di perusahaan non muslim untuk yang diharuskan mengenakan topi sinterklas dalam menyambut para tamunya dengan ancaman apabila ia menolaknya maka akan dipecat.

عَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ : إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِيْ عَنْ أُمَّتِي : الْخَطَأُ وَالنِّسْيَانُ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ                 [حديث حسن رواه ابن ماجة والبيهقي وغيرهما]

Artinya :Dari Ibnu Abbas radiallahuanhuma : Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya Allah ta’ala memafkan umatku karena aku (disebabkan beberapa hal) : Kesalahan, lupa dan segala sesuatu yang dipaksa “ .(Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Baihaqi dan lainnya)

Saya yakin, umat Islam sudah cukup dewasa dalam beragama, serta cukup kuat imannya. Iman umat Islam tak mungkin bisa keropos hanya gara-gara mengucapkan selamat Natal. Iman umat Islam justru akan diperkaya dalam dialog antarbudaya dan antaragama. Iman yang dewasa hanya bisa tumbuh dalam pergaulan yang luas, bukan iman yang dikurung dalam "tempurung". Sebagaimana manusia akan sehat jiwa raganya jika bergaul dan belajar dari keragaman dalam masyarakat, begitu pula iman umat Islam akan tumbuh dewasa dan sehat wal-afiat jika dikembangkan melalui pergaulan antariman.

sebagai penutup,  hemat pemikiran kami selama hubungan social kita dengan non muslim tidak ada kaitanya dengan kaidah atau perbuatan yang sis sia hemat kami di perbolehkan.

Percaya atau tidak terserah pembaca setiap kita punya pola piker sendiri, harapan penulis smoga kata kata ayang tak tertata di atas bias bermanfaat bagi saya sendiri dan pembaca

Wednesday, 11 December 2013

Ijazah atau ilmu ?


Dalam sebuah kehidupan ada dua orang yaitu parman dan parmin, dua orang ini berbeda. Parman sekolah tapi ilmunya biasa-biasa kalau parmin mondok tapi ilmnya luar biasa. Cita-cita mereka ingin jadi dosen dalam sebuah perguruan tinggi. Mereka terus belajar dengan giat, menimbah ilmu disekolah atau pondok terkenal.

Pada waktu yang bersamaan, mereka ikut lomba cerdas cermat, si parman gagal dalam babak penyisihan. Disisi lain si parmin lolos menuju final dan menjadi juara. Itu manandakan bahwa ilmu parman lebih rendah daripada parmin.

Pada saat umur 25 th, mereka berdua daftar jadi dosen di sebuah perguruan tinggi. Sesi pertama mereka diuji wawasan dan ilmu pengetahuannya, si parman dan si parmin lolos. Si parmin lolos dengan nilai tertinggi sedangkan parman urutan ke-10. Dalam sesi akhir mereka dimintai ijazah atau surat tamat sekolah. Si parman diterima langsung karna dia memiliki ijazah dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, sedagkan si parmin bingung karna ia tidak punya ijazah, akhirnya ia gagal menjdi dosen. Dia tidak bersedih ia hanya mengambil hikmahnya saja yaitu “meskipun pintar apa bila tidak punya ijazah pasti tidak bisa jadi dosen”. Tapi ia tidak menyerah, ia membangun pondok pesantren kecil-kecilan dari bambu. Beberapa tahun kemudian pondok pesantrennya menjadi terkenal dan ia menjadi kiyai terkenal.

Pelajaran yang bisa kita ambil adalah ijazah itu penting tapi ilmu itu lebih penting.


Semangat Para Ulama Salaf Dalam Menuntut Ilmu

Para ulama salaf telah memberi contoh terbaik dan teladan yang agung tentang bagaimana bersemangat dalam menuntut ilmu agama, meraihnya serta rindu kepadanya. Marilah wahai saudaraku tercinta, mengembara bersama kami untuk memetik mawar-mawar mereka.

Abdun bin Humaid berkata, ketika pertama kali duduk, Yahya bin Ma’in bertanya kepada saya tentang sebuah hadits. Saya sampaikan kepadanya, “haddatsana Hammad bin Salamah ‘an …“, Yahya bin Ma’in pun memotong “seandainya engkau membacakan hadits dari kitabmu niscaya itu lebih baik dan lebih kuat (validitasnya)”. Lalu aku katakan, “kalau demikian saya akan pergi untuk mengambil kitab saya”. Tiba-tiba Yahya bin Ma’in memegang bajuku dan berkata, “kalau begitu bacakan saja dari hafalanmu, karena saya khawatir tidak bertemu anda lagi (maksudnya ia khawatir Abdun bin Humaid wafat ketika mengambil kitab)”. Maka aku pun membacakannya dari hafalanku, lalu saya pergi mengambil kitabku dan membacakannya lagi (Al Jami’ li Akhlaqir Rawi Wa Adabis Sami’, Al Khatbib Al Baghdadi).

Syaikh Abdullah bin Hamud Az Zubaidi belajar kepada Syaikh Abu Ali Al Qaali. Abu Ali memiliki kandang ternak di samping rumahnya. Beliau mengikat tunggangannya di sana. Suatu ketika, murid beliau, Abdullah bin Hamud Az Zubaidi, tidur di kandang ternaknya agar bisa mendahului murid-murid yang lain menjumpai sang guru sebelum mereka datang. Agar bisa mengajukan pertanyaan sebanyak mungkin sebelum orang berdatangan. Allah mentakdirkan Abu Ali keluar dari rumahnya sebelum terbit fajar. Az Zubaidi mengetahui hal tersebut dan langsung berdiri mengikutinya di kegelapan malam. Merasa dirinya dibuntuti oleh seseorang dan khawatir kalau itu seorang pencuri yang ingin mencelakai dirinya, Abu Ali berteriak, “celaka, siapa anda?”. Az Zubaidi berkata, “aku muridmu, Az Zubaidi”. Abu Ali berkata, “sejak kapan anda membuntuti saya? Demi Allah tidak ada di muka bumi ini orang yang lebih tahu tentang ilmu Nahwu selain anda, maka pergilah tinggalkan saya” (Inaabatur Ruwat ‘ala Anbain Nuhaat, Al Qifthi, 2/119).

Bayangkan! Semoga Allah menjaga anda wahai pembaca sekalian, betapa menggelora semangat Az Zubaidi untuk menuntut ilmu dan meraihnya. Kemauan keras yang membuat seorang murid rela tidur bersama ternaj agar bisa cepat menemui gurunya dan mengambil ilmu darinya. Bagaimana kita bisa dibandingkan dengan mereka?

Syu’bah bin Hajjaj datang menemui Khalid Al Hadza’ rahimahumallah. Lalu Syu’bah bin Hajjaj berkata, “wahai Abu Munazil, engkau memiliki hadits tentang ini dan itu, tolong ajari saya hadits tersebut”. Khalid ketika itu sedang sakit dan berkata, “saya sedang sakit”. Syu’bah berkata, “hanya satu hadits saja, tolong ajarkan kepadaku”. Khalid kemudian menyampaikan hadits tersebut. Setelah selesai, Syu’bah berkata kepadanya, “sekarang, anda boleh mati jika anda mau” (Syarafu Ash-habil Hadits, Al Khatib Al Baghdadi, 116).

Ja’far bin Durustuwaih berkata, “kami harus mengambil tempat duduk di sebuah majelis sejak ashar untuk mengikuti kajian esok hari, karena saking padatnya pengajian Ali bin Al Madini. Kami menempatinya sepanjang malam karena khawatir esoknya tidak mendapatkan tempat untuk mendengarkan kajiannya karena saking penuh sesaknya manusia. Saya melihat seorang yang sudah tua di majelis tersebut buang air kecil di jubahnya karena khawatir tempat duduknya diambil apabila ia berdiri untuk buang air” (Al Jami’ li Akhlaqir Rawi wa Adabis Sami’, Al Khatib Al Baghdadi, 2/199).

Kisah seperti ini tidaklah mengherankan karena tempat kajian bukan di masjid tetapi di salah satu tempat yang luas di tengah kota atau di pinggirnya. Murid yang cerdas ini sedang menunggu kehadiran gurunya untuk menyampaikan pelajaran selain di waktu shalat, seperti shalat Shubuh atau Ashar atau antara Zhuhur dan Ashar. Dia ingin kencing namun takut kalau dia berdiri dari tempat duduknya maka akan diduduki oleh orang lain. Jadi dia kencingi jubahnya, dan tidak ada seorang pun yang melihat auratnya. Tempat kajian biasanya besar dan luas. Dia mengeluarkan jubahnya dan melipatnya. Ketika pelajaran usai, ia tumpahkan air seni dari jubahnya, kemudian mencucinya. Apa yang asing dari hal ini?

Abu Hatim berkata, saya mendengar Al Muzani mengatakan, Imam Asy Syafi’i pernah ditanya, “bagaimana semangatmu dalam menuntut ilmu?”. Beliau menjawab, “saya mendengar kalimat yang sebelumnya tidak pernah saya dengar. Maka anggota tubuh saya yang lain ingin memiliki pandangan untuk bisa menikmati ilmu tersebut sebagaimana yang dirasakan telinga”. Lalu beliau ditanya lagi, “bagaimana kerakusan anda terhadap ilmu?”. Beliau menjawab, “seperti rakusnya orang penimbun harta, yang mencapai kepuasan dengan hartanya”. Ditanya lagi, “bagaimana anda mencarinya?”. Beliau menjawab, “sebagaimana seorang ibu mencari anaknya yang hilang, yang ia tidak memiliki anak lain selain dia” (Tawaalit Ta’sis bin Manaqibi Muhammad bin Idris, Ibnu Hajar Al Asqalani, 106).

Ibnu Jandal Al Qurthubi berkata, saya pernah belajar pada Ibnu Mujahid. Suatu hari saya mendatanginya sebelum fajar agar saya bisa duduk lebih dekat dengannya. Ketika saya sampai di gerbang pintu yang menghubungkan ke majelisnya, saya dapati pintu itu tertutup dan saya kesulitan membukanya. Saya berkata dalam hati, “Subhaanallah, saya sudah datang sepagi ini tapi tetap saja tidak bisa duduk di dekatnya?”. Kemudian saya melihat sebuah terowongan di samping rumahnya. Saya membuka dan masuk ke dalamnya. (Itu adalah sebuah terowongan di dalam tanah, saya masuk agar bisa sampai ke ujung terowongan hingga keluar darinya menuju ke majelis ilmu). Ketika sampai di pertengahan terowongan yang semakin menyempit, saya tidak bisa keluar ataupun kembali. Maka saya mencoba melebarkan terowongan selebar-lebarnya agar bisa keluar. Pakaian saya terkoyak, dinding terowongan membekas di tubuh saya, dan sebagian daging badan saya terkelupas. Allah menolong saya untuk bisa keluar darinya, mendapatkan majelis Syaikh dan menghadirinya. Sementara saya dalam keadaan yang sangat memalukan seperti itu (Inaabatur Ruwat ‘ala Anbain Nuhaat, Al Qifthi, 2/363 dengan saduran).

Sa’id bin Jubair berkata, “saya pernah bersama Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhuma berjalan di salah satu jalan di Mekkah pada malam hari. Dia mengajari saya beberapa hadits dan saya menulisnya di atas kendaraan dan paginya saya menulisnya kembali di kertas” (Sunan Ad Darimi, 1/105).

Imam Asy Syafi’i berkata, “saya seorang yatim yang tinggal bersama ibu saya. Ia menyerahkan saya ke kuttab (sekolah yang ada di masjid). Dia tidak memiliki sesuatu yang bisa diberikan kepada sang pengajar sebagai upahnya mengajari saya. Saya mendengar hadits atau pelajaran dari sang pengajar, kemudian saya menghafalnya. Ibu saya tidak memiliki sesuatu untuk membeli kertas. Maka setiap saya menemukan sebuah tulang putih, saya mengambilnya dan menulis di atasnya. Apabila sudah penuh tulisannya, saya menaruhnya di dalam botol yang sudah tua” (Jami’u Bayanil Ilmi wa Fadhilihi, Ibnu ‘Abdil Barr, 1/98).

Salim Ar Razy menceritakan bahwa Syaikh Hamid Al Isfirayaini pada awalnya adalah seorang penjaga (satpam) di sebuah rumah. Beliau belajar ilmu dengan cahaya lampu di tempat jaganya karena terlalu fakir dan tidak mampu membeli minyak tanah untuk lampunya. Beliau makan dari gajinya sebagai penjaga (Thabaqatus Syafi’iyah Al Kubra, Tajuddin As Subki, 4/61).
Ibnu Asakir ketika menyebutkan biografi seorang hamba yang shalih, Abu Manshur Muhammad bin Husain An Naisaburi, beliau berkata, “beliau (Abu Manshur) adalah orang yang selalu giat dan semangat dalam belajar. Meski dalam keadaan faqir dan tidak punya. Sampai-sampai beliau menulis pelajarannya dan mengulangi membacanya di bawah cahaya rembulan. Karena tidak punya sesuatu untuk membeli minyak tanah. Walaupun beliau dalam keadaan faqir, namun beliau selalu hidup wara’ dan tidak mengambil harta yang syubhat sedikitpun” (Tabyiin Kidzbil Muftari, Ibnu Asakir Ad Dimasyqi).


Sunday, 8 December 2013

bingung @@@@@@@@.............


  Bingung yuk………………………………..





1.   Gua pingin ngomong sama loe,,,, baca no. 5
2.   mmm.... Gimana ngomongnya ya.....???? Baca no. 8
3.   Penasaran ya??? Baca no. 9
4.   Dari pada bingung baca aja no. 15
5.   Gua gak berani ngomong nich!!!! No. 17 aja ya
6.   Gua Pinginnya sich ngomong sekarang, tapi……. no. 16 deh!!
7.   Aku bakal Ngomong, tapi baca dulu no. 2
8.   Yang pingin gua sampein tuch benar2 simple, makanya baca no. 4
9.   Gak usah deg2an gitu donk, Sederhana kok, Segampang baca no. 18
10. Belum , Baca no. 19 dulu !!
11. Mulai capek ya?? Sabar, Baca aja no. 13
12. Sebenarnya gua pungin ngomong kalo (ah, Baca no. 3 deh)
13. Tinggal dikit lagi, baca no. 20
14. Duh, capek deh!!! baca no. 21
15. Dah mulai pusing? Baca no. 6
16. masih belum ngerti ya?? baca no. 12
17. ah malu nich!!, baca no. 7
18. gua gak tau, loe bakal ngerti apa gak!! Tolong baca no. 10
19. Baca no. 11 Dengan tenang ya,, ntar loe tau ndiri.
20.Sekarang gua ngomong deh, baca no. 14 pelan-pelan ya
21. gak jadi ngomong wez !!! "MATA PUSING" @_@


Maaf ya udah buat pembaca anda


Balasan  bagi orang yang  MENIGGALKAN SHOLAT

Apakah yang menyebabkan kamu masuk neraka Saqar ini ? Mereka menjawab : kami tidak termasuk golongan
orang-orang yang mengerjakan Sholat (S. Al-Muddatsir 42, 43 ).




SIKSAAN KETIKA HIDUP DIDUNIA

1. Allah kurangkan keberkatan umurnya
2. Rezekinya dipersempitkan oleh Allah
3. Tidak ada tempat baginya disisi Agama ISlam
4. Do'anya tertolak
5. Hilang cahaya sholeh dari wajahnya
6. Amal kebaikan yang dilakukan langsung tidak diberi pahala

SIKSAAN KETIKA SAKARATUL MAUT

1. Ia akan menghadapi sakaratul maut dalam keadaan hina
2. Matinya dala keadaan menderita kelaparan
3. Matinya dalam keadaan yang sangat haus, walaupun diberi minum sebanyak tujuh lautan

SIKSAAN KETIKA BERADA DIDALAM KUBUR

1. Allah akan menyempitkan kuburannya dengan sesempit-sempitnya
2. Kuburnya akan digelapkan
3. Allah akan menyiksanya dengan pedih sampai hari Qiamat

SIKSAAN KETIKA BERADA DI AKHIRAT
1. Dia akan dibelenggu dan diseret kepadang mahsyar oleh malaikat.
. Allah tidak akan memandangnya dengan pandangan belas kasihan.
Allah tidak akan mengampuni dosanya dan akan disiksa dengan keras didalam neraka.

BALASAN BAGI ORANG YANG MENIGGALKAN SHALAT
1.tidak SUBUH, : Ia akan disiksa selama 60 tahun didalam neraka
2. .tidak DZUHUR, : Dosanya seperti membunuh 1000 jiwa orang Islam
3. .tidak ASHAR, : Dosanya seperti meruntuhkan Ka'bah
4. .tidak MAGHRIB, : Dosanya seperti ia berzina denga Ibunya (Jika pria)atau berzina dengan Bapaknay (bagi Wanita)
5. .tidak ISYA', : Allah tidak akan ridha' ia hidup dibumi Allah, dan ia akan didesak mencari bumi lain.



Tuesday, 3 December 2013

diam


Diam Itu Emas
Diam itu bukan berarti kosong,
Diam itu bukan berarti hampa,
Diam itu bukan berarti tidak mengerti,
Diam itu bukan berarti tak peduli,
Diam itu penutup segala kebodohan,
Diam itu perhiasan tanpa berhias,
Diam itu kehebatan tanpa kerajaan,
Diam itu benteng tanpa pagar,
Diam itu penutup segala aib,
Diam itu ibadah yang tanpa bersusah payah,
Diam itu perhiasan bibir tanpa berhias dengan pemerah,
Diam itu kekayaan tanpa meminta kepada orang,
Diam itu istirahat bagi kedua malaikat pencatat amal.

Tapi …
Jangan diam saat orang bekerja
Jangan diam saat kejujuran dikoyak
Jangan diam saat keburukan ada didepanmu
Jangan diam saat hatimu pilu, berdzikirlah supaya hatimu tenang
Jangan diam saat harus bicara
Jangan diam saat ditanya, meski jawabnya ‘tidak tahu’
Jangan diam saat imam selesai membaca Al-Fatihah.. bacalah Amin..
Jangan diam saat Engkau berdoa


Diam yang baik itu…
Diam sedang menyerap ilmu,
Diam ingin mencari makna,
Diam sedang merajut asa,
Diam sedang memperhatikan,
Diam karena ilmu nya orang tua,
Diam karena mendengarkan,
Diam sedang menahan ghibah dan dusta,
Diam sedang menahan amarah,
Diam sedang berpikir,
Diam sedang berdoa dalam hati,
Diam sedang mencari solusi.
Diam sedang menyembunyikan keikhlasan,
Itulah kenapa… DIAM itu EMAS..

Jika kata tak lagi bermakna lebih baik diam saja............

By: shohibukum

Biaya Manusia Bernafas Setiap Hari

                                                Biaya Manusia Bernafas Setiap Hari


Pernahkah kita menghitung biaya manusia untuk bernafas setiap hari ,,,(hehehe, ngapain juga dihitung, kaya ga ada kerjaan aja). kami mengulas artikel ini hanya sekedar sebagai bahan renungan untuk kita. Betapa banyak rizki yang kita dapatkan setiap hari dari sang pencipta.

Harga Oksigen pada penyalurnya Rp 25.000/kg dan harga Nitrogen Rp 9.950/kg (Itu juga harga kalo BBM belum naik, kalo dah naik harga BBMnya pasti harga oksigen dan nitrogen juga ikutan naik).

Menurut penelitian manusia dalam sehari menghirup 2880 kg Oksigen dan setara dengan 11.376 kg Nitrogen.

Nah jika di Rupiahkan, maka biaya Oksigen dan Nitrogen yang kita hirup dalam sehari adalah 170 juta/manusia. Dan jika dalam sehari menghabiskan 170 juta, maka dalam sebulan kita menghabiskan 5,1 milyar.

Orang terkaya didunia sekalipun tidak akan mampu melunasi biaya bernafas dirinya selama hidupnya. Tetapi Tuhan memberikannya secara GRATIS.Apakah kita Masih belum mau bersyukur?
yuk bersukur..............

Wednesday, 27 November 2013












Ka'bah = Berhala?

Apa bedanya kita dengan oran kristan buda hindu yang saat mereka beribadah barhadapan dengan batu batu yang mereka anggap sebagai tuhan mereka, toh padahal umat islam pun saat beribadah menghadap ke ka’bah yang isinya batu? Sebuah pertanyaan yang mungkin kritis.

Umat Islam, kapan dan di mana pun berada, terutama saat munajat kepada Allah, maka selama hati mereka ikhlas untuk mencari Allah, tentu mereka akan mendapatkan Allah. Yang jelas, Allah tidak pernah memerintahkan kepada umat Islam untuk menyembah Ka'bah. Ka'bah yang terbuat dari batu sama sekali tidak disembah oleh umat Islam, tapi hanya melakukan apa yang di perintahkan oleh Allah dan tidak ada unsur menyembah meskipun kelihatanya orang islam saat di makkah sujud di depan ka’bah. Jadi, sekalipun menghadap Ka'bah, dia sesungguhnya hanya menyembah Allah semata, bukan kepada Ka'bah yang terbuat dari batu.

Pertanyaan selanjutnya, kenapa harus menghadap Ka'bah? jawabanya "karena Allah yang memerintahkan umat Islam untuk menghadap ke Ka'bah, dan hal ini merupakan bentuk hokum islam yang bersifat ta’bbud,dalam arti sesuatu hokum yang akal akan menemui jalan buntu untuk meneliti lebih lanjut. Mungkin hal ini bisa di samakan tentang jumlah rakaat solat, kenapa ada yang 2,4,dan 3.

Jadi sekali lagi umat islam bukanya menyembah ka’bah yang berupa batu, tapi hanya untuk menjalakan perintah Allah semata.

Mengintip Buku Eva Herman

 
 
 
Mengintip Buku Eva Herman

Di Jerman telah terbit sebuah buku mengenai peran perempuan yang menjadi pembicaraan luas. Penulis buku ini adalah Eva Herman yang dikenal sebagai pembawa acara di televisi Jerman. Bukunya yang diberi judul “Prinsip-Pronsip Eva” itu terbit bulan September 2006. Namun buku ini menjadi pembicaraan luas setelah Eva Herman secara terang-terangan membahas berbagai topik yang ditulisnya dalam buku tersebut. Salah satu topik kontroversial yang diangkat Herman adalah bahwa perempuan seharusnya kembali ke rumah dan menikmati peran sebagai istri dan ibu.

Gerakan perempuan muncul di berbagai negara Eropa sejak abad ke 17 dan 18. Meski tidak dalam bentuk gerakan yang terorganisir, sejak saat itulah pemikiran mengenai feminisme mulai berkembang. Para pembela hak-hak perempuan memulai gerakan mereka dengan alasan ingin membela hak-hak perempuan dan menolak adanya pembedaan antara laki-laki dan perempuan.

Pada tahun-tahun pertama setelah Perang Dunia Kedua, terbitlah buku berjudul Gender Kedua, yang ditulis oleh Simone de Beauvair seorang feminis ekstrim. Melalui bukunya ini Beauvair mendorong kaum perempuan untuk bersaing dengan kaum laki-laki.

Dalam gerakan feminisme semacam ini, kaum perempuan dijauhkan dari tugasnya semula sebagai istri dan ibu. Dalam pandangan mereka, persamaan hak antara laki-laki dan perempuan bermakna mengabaikan semua perbedaan alami antara laki-laki dan perempuan, baik itu perbedaan fisik atau psikologis. John Stuart Mill adalah salah seorang pendukung feminisme ekstrim yang mengingkari perbedaan alami laki-laki dan perempuan. Dalam bukunya Mill menulis, “Penggolongan jenis laki-laki dan perempuan sesungguhnya adalah sesuatu hal yang dibuat-buat yang hasilnya adalah represi terhadap satu dimenasi dan memprovokasi dimensi lainnya secara tidak alami.”

Hingga kini, telah beberapa abad berlalu sejak dimulainya gerakan feminisme, kaum perempuan di dunia Barat telah mengalami berbagai aktivitas dan pekerjaan di luar rumah yang melelahkan. Kini, terdengar suara lain yang didengungkan sebagian kaum perempuan di Barat. Para pekerja perempuan di Barat mulai bangkit memprotes pekerjaan berat yang dibebankan kepada mereka, tanpa memperhatikan karakteristik fisik dan psikis perempuan. Banyak kaum perempuan di Eropa yang merasakan kekosongan maknawiah dalam kehidupan mereka dan merindukan kehidupan keluarga yang penuh empati dan kasih sayang. Keinginan seperti inilah yang disuarakan Eva Herman dalam bukunya itu.

Eva Herman dalam bukunya memaparkan contoh-contoh dan bukti-bukti mengenai aktivitas kaum perempuan di dalam masyarakat. Dengan mengajukan data statistik dan informasi mengenai pendukung gerakan perempuan, Eva mengambil kesimpulan bahwa aktivitas di luar rumah malah justru menimbulkan masalah bagi kehidupan perempuan. Menurut Herman, masalah ini terjadi karena kesalahan pemikiran yang berkembang di tengah perempuan, yaitu bahwa perempuan harus bekerja di luar rumah untuk membuktikan eksistensinya. Herman menulis, “Gerakan perempuan telah mengeluarkan perempuan dari kondisi keperempuannya dan meletakkan mereka dalam kondisi kelaki-lakian. Adalah sebuah kesalahan bila kita menginginkan perempuan menjadi seperti laki-laki karena sesungguhnya keduanya berbeda secara alami.”

Perempuan Jerman ini dalam bagian lain bukunya menekankan agar dijalin kesepahaman antara laki-laki dan perempuan. Herman meyakini bahwa perempuan memiliki posisi yang istimewa dan memiliki peran utama dalam pembentukan keluarga dan pendidikan anak. Eva menekankan agar slogan-slogan kebebasan mutlak mengenai anak-anak harus disingkirkan dan keluarga harus memberikan perhatian yang lebih besar kepada pendidikan anak-anak mereka. Setelah meneliti kondisi perempuan dan keluarga, Eva Herman menyimpulkan bahwa anak-anak dan remaja adalah korban utama dari aktivitas perempuan di luar rumah. Dalam salah satu bab di bukunya yang diberi judul Tragedi Anak-Anak, dia mengkritisi ketiadaan kasih sayang di antara anggota keluarga. Eva mengatakan, “Di dunia dewasa ini, anak-anak menganggap kekerasan sebagai hal yang alami. Bukankah menjadi kewajiban para ibu untuk mengajarkan kepada anak-anak mereka bahwa di dunia ini, selain kekerasan ada banyak hal lain yang harus diperhatikan?”

Pembahasan Eva Herman mengenai kecenderungan kaum perempuan modern untuk tidak memiliki anak telah menjadi sebuah pembahasan kontroversial di Jerman. Eva mengatakan, “Karena kewajiban utama kaum perempuan sebagai ibu dan pendidik anak tidak dilaksanakan dengan baik, anak-anak menderita dan menghadapi banyak masalah.” Eva menambahkan, “Aktivitas perempuan di luar rumah telah menghancurkan pondasi keluarga. Namun kita kaum perempuan memiliki kemampuan untuk melepaskan diri dari jalan buntu ini. Kita harus kembali kepada emosi keperempuanan, rasa malu, dan kesucian, serta kepada naluri alami untuk memiliki anak. “

Tentu saja pandangan Eva Herman ini juga bisa ditelaah lebih lanjut. Kenyataan menunjukkan bahwa kehadiran kaum perempuan di tengah masyarakat tidak selalu berarti terjun ke dalam persaingan dengan kaum laki-laki. Kondisi sosial dan tekanan ekonomi juga menjadi pendorong bagi sebagian perempuan untuk bekerja di luar rumah. Selain itu, dalam sebagian bidang, kehadiran perempuan dalam masyarakat terbukti memiliki peran positif. Banyak perempuan yang berhasil menjaga keutuhan keluarga dan mendidik anak-anak dengan baik, namun pada saat yang sama, mereka juga membuktikan kemampuannya bagi kemajuan masyarakat.

Di sisi lain,sesungguhnya apa yang disampaikan Eva Herman dalam bukunya ini memiliki kedekatan dengan ajaran Islam yang terkait dengan perempuan. Dalam Islam, perempuan dan laki-laki memiliki nilai kemanusiaan yang setara, tidak ada yang lebih rendah daripada yang lain. Dalam Islam, laki-laki dan perempuan adalah dua makluk Tuhan yang memiliki kedudukan yang sama. Namun, Islam mengakui adanya perbedaan alami antara laki-laki dan perempuan dan perbedaan alami inilah yang membedakan tugas dan tanggung jawab di antara keduanya. Islam tidak menafikan atau melarang peran perempuan di luar rumah, namun Islam memberitahukan bahwa yang harus diutamakan adalah peran perempuan dalam keluarga. Islam menyuruh agar laki-laki dan perempuan hidup berdampingan dalam suasana kasih sayang serta bersama-sama membanguuh agar laki-laki dan perempuan hidup berdampingan dalam suasana kasih sayang serta bersama-sama membangun keluarga yang baik sehingga tercipta masyarakat yang sehat.

Buat saudaraku perempuan muslim jangan terlalu tergiring oleh teori teori barat karna sesungguhnya teori tersebut tidak lain hanya untuk merugikan kita sendiri.

ada apa dengan kalian ?



                         ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Ketika urusan poligami mencuat, mereka atas nama kaum perempuan ribut bahakan pada demo. Tapi ketika urusan Pelacuran - Pemesuman & Perzinahan kenapa tidak ada satupun kaum perempuan yang ribut ? Sebuah pertanyaan yang semesitnya menggunakan tanda tanya yang sangat besar.

Dalam hal ini kami tidak sejalan pada pemerintah karena saat menyikapi poligami, seperti yang dilakukan Aa Gym (44) dengan Alfarini Eridani (37), pemerintah seperti kebakaran jenggot. pemerintah segera melakukan langkah-langkah politis yang spektakuler, emosional, dan reaksioner. Tujuannya agar larangan PNS untuk berpoligami diperketat lagi. Bahkan sebagian dari mereka di TV menegaskan ada rencana untuk memperluas larangan poligami. Maksudnya tidak hanya PNS saja yang dilarang, tapi juga masyarakat umum. Bahkan main ancam segala, bahwa siapa saja kyai atau ustadz yang menikahkan orang untuk berpoligami, dapat dipidanakan.

Sebuah Renungan Fakta di atas

Menurut hemat kami melihat fenomena di atas pemerintah tidak mempunyai standar moral yang jelas untuk menyikapi segala peristiwa. Mengapa reaksi pemerintah terhadap poligami (yang halal) tidak seheboh kasus zina (yang haram)? Kalau pemerintah berhujjah punya "moral obligation" (tanggung jawab moral) untuk menyikapi poligami Aa Gym, kemana tanggung jawab moral pemerintah ketika majalah Playboy versi Indonesia terbit? Bukankah mata pemerintah tidak buta untuk bisa melihat kebejatan yang semacam itu? Kemana pula perginya tanggung jawab moral pemerintah ketika berbagai tayangan pornoaksi dan kekerasan marak sekali di TV-TV dalam program film, sinetron, dan hiburan?

Kedua, banyaknya protes masyarakat terhadap poligami Aa Gym, menunjukkan masyarakat belum bisa bersikap dewasa dalam perspektif Islam. Sikap masyarakat yang mencemooh poligami menunjukkan seakan-akan masyarakat kita adalah kaum muallaf yang baru masuk Islam. Yang belum tahu kalau zina itu haram, bukan halal. Yang belum tahu kalau poligami itu halal, bukan haram. Ini jelas menunjukkan sangat rendahnya kesadaran masyarakat terhadap Islam khususnya dalam masalah poligami. Siapa yang salah? Menurut kami banyak pihak. Aa Gym barangkali juga turut bersaham. Sebab beliau lebih banyak menyentuh aspek qolbu, dari pada masalah syariah, dalam ceramah-ceramahnya. Coba kalau Aa Gym pernah menjelaskan halalnya poligami, tentunya protes terhadapnya tidak terlalu gila-gilaan. Pemerintah juga salah. Karena dengan berbagai aturan seperti PP 10/1983 telah melarang PNS berpoligami.Ini menciptakan opini umum bahwa poligami itu seakan-akan suatu tindak kriminal yang keji dan amoral yang harus diberantas sampai tuntas-tas-tas. Apalagi aturan itu membuat syarat-syarat yang irasional dan imajiner. Kalau mau poligami, syaratnya tetek bengek sengaja dibikin super sulit. Selain izin isteri tua dan atasan, isteri tua haruslah : (1) tidak mampu menjalanan tugas sebagai isteri, (2) berpenyakit permanen, (3) tidak berketurunan.

Ketiga mereka yang menolak atau membuat aturan poloigami kami yakin tidaklah sesemangat atas penolakan mereka terhadap prostitusi, atau jangan jangan mereka mungkin takut adanya demo meyerang mereka sehingga membentuk aturan aturan poligami.

Pemerintah gak usah mengikuti arus masarakat yang melihat suatu hal sebelah mata. PR antara lain bagi Pemerintah adalah seharusnya memberi bimbingan kepada masarakat kalo poligami di perbolehkan sampai 4, dan masarakat harus melawan adanya prostitusi dan juga perzinaan.bukan malah sebaiknya dalam arti masarakat sangat dingin dengan adanya prostitusi, perzinaan. Yang saya takuti pada mereka yang anti poligami adalah ujung ujugnya mereka juga akan janggal dan protes pada praktek poligami yang di lakukan pada para rosul Allah.

Mungkin kami musti mengulang lagi pertanyaan kami di atas, ketika urusan Pelacuran - Pemesuman & Perzinahan kenapa tidak ada satupun kaum perempuan  atau masarakat yang ribut ?