RSS
Facebook
Twitter

Wednesday 27 November 2013

ada apa dengan kalian ?



                         ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Ketika urusan poligami mencuat, mereka atas nama kaum perempuan ribut bahakan pada demo. Tapi ketika urusan Pelacuran - Pemesuman & Perzinahan kenapa tidak ada satupun kaum perempuan yang ribut ? Sebuah pertanyaan yang semesitnya menggunakan tanda tanya yang sangat besar.

Dalam hal ini kami tidak sejalan pada pemerintah karena saat menyikapi poligami, seperti yang dilakukan Aa Gym (44) dengan Alfarini Eridani (37), pemerintah seperti kebakaran jenggot. pemerintah segera melakukan langkah-langkah politis yang spektakuler, emosional, dan reaksioner. Tujuannya agar larangan PNS untuk berpoligami diperketat lagi. Bahkan sebagian dari mereka di TV menegaskan ada rencana untuk memperluas larangan poligami. Maksudnya tidak hanya PNS saja yang dilarang, tapi juga masyarakat umum. Bahkan main ancam segala, bahwa siapa saja kyai atau ustadz yang menikahkan orang untuk berpoligami, dapat dipidanakan.

Sebuah Renungan Fakta di atas

Menurut hemat kami melihat fenomena di atas pemerintah tidak mempunyai standar moral yang jelas untuk menyikapi segala peristiwa. Mengapa reaksi pemerintah terhadap poligami (yang halal) tidak seheboh kasus zina (yang haram)? Kalau pemerintah berhujjah punya "moral obligation" (tanggung jawab moral) untuk menyikapi poligami Aa Gym, kemana tanggung jawab moral pemerintah ketika majalah Playboy versi Indonesia terbit? Bukankah mata pemerintah tidak buta untuk bisa melihat kebejatan yang semacam itu? Kemana pula perginya tanggung jawab moral pemerintah ketika berbagai tayangan pornoaksi dan kekerasan marak sekali di TV-TV dalam program film, sinetron, dan hiburan?

Kedua, banyaknya protes masyarakat terhadap poligami Aa Gym, menunjukkan masyarakat belum bisa bersikap dewasa dalam perspektif Islam. Sikap masyarakat yang mencemooh poligami menunjukkan seakan-akan masyarakat kita adalah kaum muallaf yang baru masuk Islam. Yang belum tahu kalau zina itu haram, bukan halal. Yang belum tahu kalau poligami itu halal, bukan haram. Ini jelas menunjukkan sangat rendahnya kesadaran masyarakat terhadap Islam khususnya dalam masalah poligami. Siapa yang salah? Menurut kami banyak pihak. Aa Gym barangkali juga turut bersaham. Sebab beliau lebih banyak menyentuh aspek qolbu, dari pada masalah syariah, dalam ceramah-ceramahnya. Coba kalau Aa Gym pernah menjelaskan halalnya poligami, tentunya protes terhadapnya tidak terlalu gila-gilaan. Pemerintah juga salah. Karena dengan berbagai aturan seperti PP 10/1983 telah melarang PNS berpoligami.Ini menciptakan opini umum bahwa poligami itu seakan-akan suatu tindak kriminal yang keji dan amoral yang harus diberantas sampai tuntas-tas-tas. Apalagi aturan itu membuat syarat-syarat yang irasional dan imajiner. Kalau mau poligami, syaratnya tetek bengek sengaja dibikin super sulit. Selain izin isteri tua dan atasan, isteri tua haruslah : (1) tidak mampu menjalanan tugas sebagai isteri, (2) berpenyakit permanen, (3) tidak berketurunan.

Ketiga mereka yang menolak atau membuat aturan poloigami kami yakin tidaklah sesemangat atas penolakan mereka terhadap prostitusi, atau jangan jangan mereka mungkin takut adanya demo meyerang mereka sehingga membentuk aturan aturan poligami.

Pemerintah gak usah mengikuti arus masarakat yang melihat suatu hal sebelah mata. PR antara lain bagi Pemerintah adalah seharusnya memberi bimbingan kepada masarakat kalo poligami di perbolehkan sampai 4, dan masarakat harus melawan adanya prostitusi dan juga perzinaan.bukan malah sebaiknya dalam arti masarakat sangat dingin dengan adanya prostitusi, perzinaan. Yang saya takuti pada mereka yang anti poligami adalah ujung ujugnya mereka juga akan janggal dan protes pada praktek poligami yang di lakukan pada para rosul Allah.

Mungkin kami musti mengulang lagi pertanyaan kami di atas, ketika urusan Pelacuran - Pemesuman & Perzinahan kenapa tidak ada satupun kaum perempuan  atau masarakat yang ribut ?

0 comments:

Post a Comment