RSS
Facebook
Twitter

Wednesday 27 November 2013

Mengintip Buku Eva Herman

 
 
 
Mengintip Buku Eva Herman

Di Jerman telah terbit sebuah buku mengenai peran perempuan yang menjadi pembicaraan luas. Penulis buku ini adalah Eva Herman yang dikenal sebagai pembawa acara di televisi Jerman. Bukunya yang diberi judul “Prinsip-Pronsip Eva” itu terbit bulan September 2006. Namun buku ini menjadi pembicaraan luas setelah Eva Herman secara terang-terangan membahas berbagai topik yang ditulisnya dalam buku tersebut. Salah satu topik kontroversial yang diangkat Herman adalah bahwa perempuan seharusnya kembali ke rumah dan menikmati peran sebagai istri dan ibu.

Gerakan perempuan muncul di berbagai negara Eropa sejak abad ke 17 dan 18. Meski tidak dalam bentuk gerakan yang terorganisir, sejak saat itulah pemikiran mengenai feminisme mulai berkembang. Para pembela hak-hak perempuan memulai gerakan mereka dengan alasan ingin membela hak-hak perempuan dan menolak adanya pembedaan antara laki-laki dan perempuan.

Pada tahun-tahun pertama setelah Perang Dunia Kedua, terbitlah buku berjudul Gender Kedua, yang ditulis oleh Simone de Beauvair seorang feminis ekstrim. Melalui bukunya ini Beauvair mendorong kaum perempuan untuk bersaing dengan kaum laki-laki.

Dalam gerakan feminisme semacam ini, kaum perempuan dijauhkan dari tugasnya semula sebagai istri dan ibu. Dalam pandangan mereka, persamaan hak antara laki-laki dan perempuan bermakna mengabaikan semua perbedaan alami antara laki-laki dan perempuan, baik itu perbedaan fisik atau psikologis. John Stuart Mill adalah salah seorang pendukung feminisme ekstrim yang mengingkari perbedaan alami laki-laki dan perempuan. Dalam bukunya Mill menulis, “Penggolongan jenis laki-laki dan perempuan sesungguhnya adalah sesuatu hal yang dibuat-buat yang hasilnya adalah represi terhadap satu dimenasi dan memprovokasi dimensi lainnya secara tidak alami.”

Hingga kini, telah beberapa abad berlalu sejak dimulainya gerakan feminisme, kaum perempuan di dunia Barat telah mengalami berbagai aktivitas dan pekerjaan di luar rumah yang melelahkan. Kini, terdengar suara lain yang didengungkan sebagian kaum perempuan di Barat. Para pekerja perempuan di Barat mulai bangkit memprotes pekerjaan berat yang dibebankan kepada mereka, tanpa memperhatikan karakteristik fisik dan psikis perempuan. Banyak kaum perempuan di Eropa yang merasakan kekosongan maknawiah dalam kehidupan mereka dan merindukan kehidupan keluarga yang penuh empati dan kasih sayang. Keinginan seperti inilah yang disuarakan Eva Herman dalam bukunya itu.

Eva Herman dalam bukunya memaparkan contoh-contoh dan bukti-bukti mengenai aktivitas kaum perempuan di dalam masyarakat. Dengan mengajukan data statistik dan informasi mengenai pendukung gerakan perempuan, Eva mengambil kesimpulan bahwa aktivitas di luar rumah malah justru menimbulkan masalah bagi kehidupan perempuan. Menurut Herman, masalah ini terjadi karena kesalahan pemikiran yang berkembang di tengah perempuan, yaitu bahwa perempuan harus bekerja di luar rumah untuk membuktikan eksistensinya. Herman menulis, “Gerakan perempuan telah mengeluarkan perempuan dari kondisi keperempuannya dan meletakkan mereka dalam kondisi kelaki-lakian. Adalah sebuah kesalahan bila kita menginginkan perempuan menjadi seperti laki-laki karena sesungguhnya keduanya berbeda secara alami.”

Perempuan Jerman ini dalam bagian lain bukunya menekankan agar dijalin kesepahaman antara laki-laki dan perempuan. Herman meyakini bahwa perempuan memiliki posisi yang istimewa dan memiliki peran utama dalam pembentukan keluarga dan pendidikan anak. Eva menekankan agar slogan-slogan kebebasan mutlak mengenai anak-anak harus disingkirkan dan keluarga harus memberikan perhatian yang lebih besar kepada pendidikan anak-anak mereka. Setelah meneliti kondisi perempuan dan keluarga, Eva Herman menyimpulkan bahwa anak-anak dan remaja adalah korban utama dari aktivitas perempuan di luar rumah. Dalam salah satu bab di bukunya yang diberi judul Tragedi Anak-Anak, dia mengkritisi ketiadaan kasih sayang di antara anggota keluarga. Eva mengatakan, “Di dunia dewasa ini, anak-anak menganggap kekerasan sebagai hal yang alami. Bukankah menjadi kewajiban para ibu untuk mengajarkan kepada anak-anak mereka bahwa di dunia ini, selain kekerasan ada banyak hal lain yang harus diperhatikan?”

Pembahasan Eva Herman mengenai kecenderungan kaum perempuan modern untuk tidak memiliki anak telah menjadi sebuah pembahasan kontroversial di Jerman. Eva mengatakan, “Karena kewajiban utama kaum perempuan sebagai ibu dan pendidik anak tidak dilaksanakan dengan baik, anak-anak menderita dan menghadapi banyak masalah.” Eva menambahkan, “Aktivitas perempuan di luar rumah telah menghancurkan pondasi keluarga. Namun kita kaum perempuan memiliki kemampuan untuk melepaskan diri dari jalan buntu ini. Kita harus kembali kepada emosi keperempuanan, rasa malu, dan kesucian, serta kepada naluri alami untuk memiliki anak. “

Tentu saja pandangan Eva Herman ini juga bisa ditelaah lebih lanjut. Kenyataan menunjukkan bahwa kehadiran kaum perempuan di tengah masyarakat tidak selalu berarti terjun ke dalam persaingan dengan kaum laki-laki. Kondisi sosial dan tekanan ekonomi juga menjadi pendorong bagi sebagian perempuan untuk bekerja di luar rumah. Selain itu, dalam sebagian bidang, kehadiran perempuan dalam masyarakat terbukti memiliki peran positif. Banyak perempuan yang berhasil menjaga keutuhan keluarga dan mendidik anak-anak dengan baik, namun pada saat yang sama, mereka juga membuktikan kemampuannya bagi kemajuan masyarakat.

Di sisi lain,sesungguhnya apa yang disampaikan Eva Herman dalam bukunya ini memiliki kedekatan dengan ajaran Islam yang terkait dengan perempuan. Dalam Islam, perempuan dan laki-laki memiliki nilai kemanusiaan yang setara, tidak ada yang lebih rendah daripada yang lain. Dalam Islam, laki-laki dan perempuan adalah dua makluk Tuhan yang memiliki kedudukan yang sama. Namun, Islam mengakui adanya perbedaan alami antara laki-laki dan perempuan dan perbedaan alami inilah yang membedakan tugas dan tanggung jawab di antara keduanya. Islam tidak menafikan atau melarang peran perempuan di luar rumah, namun Islam memberitahukan bahwa yang harus diutamakan adalah peran perempuan dalam keluarga. Islam menyuruh agar laki-laki dan perempuan hidup berdampingan dalam suasana kasih sayang serta bersama-sama membanguuh agar laki-laki dan perempuan hidup berdampingan dalam suasana kasih sayang serta bersama-sama membangun keluarga yang baik sehingga tercipta masyarakat yang sehat.

Buat saudaraku perempuan muslim jangan terlalu tergiring oleh teori teori barat karna sesungguhnya teori tersebut tidak lain hanya untuk merugikan kita sendiri.

0 comments:

Post a Comment